Ikuti Rapat Anaknya Mengenakan Baju Kotor, Ucapannya Membuat Semua Orang Tua Malu!

Pukul 7 malam, di ruang kelas sebuah sekolahan ternama sedang diadakan rapat untuk semua orang tua murid. Terlihat beberapa orang tua ada yang santun, berlagak, sombong, angkuh, dan pamer. Semuanya memenuhi ruangan kelas tersebut. Kemudian, masuklah seorang guru dan menutup pintu. Setelah pintu ditutup, ternyata ada satu orang tua yang telat masuk.

Pria paruh baya, berbadan lusuh, berbaju kotor dengan tersenyum dia meminta maaf karena datang terlambat. Sontak, kehadirannya pun menarik semua perhatian orang tua murid lainnya. Baju dan celananya pekat sekali dengan cat. Terlihat dia baru saja pulang dari bekerja bangunan.

"Permisi, Bapak siapa?" tanya seorang guru pemimpin rapat. Pria itu pun segera menjawabnya, "Saya ayahnya Aminuddin." Guru itu pun kaget, dan segera meminta pria tersebut menandatangani buku kehadirannya.

"Maaf, pak. Saya tidak bisa membaca dan menulis." Semua orang tua yang mendengarnya pun menertawakannya. Guru itu pun segera menenangkan dan berkata, "Tidak apa-apa, saya yang akan membantu bapak, sini."

Kemudian, sang guru pun memulai pembicaraan dengan tujuan berbagi pengalaman tentang cara mendidik anaknya di rumah. Sekitar 2 sampai 3 orang tua murid membagikan pengalaman mendidik anaknya.

Pada saat guru tersebut meminta ayah Aminudin untuk membagikan pengalamannya, sang guru itu memperkenalkan kepada para orang tua murid. "Aminudin adalah murid paling teladan dan paling bagus nilanya. Dia tidak pernah terlambat, membolos, tanggap, dan selalu bersikap baik pada semua temannya. Mari kita dengarkan bagaimana ayah dari Aminudin ini mendidiknya."

Semua orang tua murid tampak kaget karena seorang bapak yang tak terpelajar sama sekali memiliki anak yang begitu hebat. Kemudian, ayah Aminudin berjalan canggung maju ke depan, dia hanya tertunduk ke bawah tanpa berani menatap mata orang tua lainnya. Begini perkataannya: 

Sebenarnya, saya hanya sangat suka melihat anak saya mengerjakan PR-nya. Setiap hari, setiap saya pulang bekerja, walaupun memang capek, saya pasti duduk di sampingnya untuk melihat dia mengerjakan PR yang diberikan guru.

Suatu hari, anak saya bertanya begini, 
"Ayah, setiap hari ayah hanya melihat saya mengerjakan PR, apa Ayah mengerti apa yang saya kerjakan?" 

Saya berkata, "Ayah tidak mengerti." 

Anak saya bertanya lagi, "Ayah, kalau ayah tidak mengerti, bagaimana bisa tahu saya mengerjakannya dengan benar atau salah?" 

Saya kembali berkata, "Ayah menebaknya. Jika kamu mengerjakannya cepat, maka ayah tahu kalau soalnya sangat mudah; jika kamu mengambil minum dan menyalakan kipas angin, maka ayah bisa tahu kalau kamu mengerjakan soal yang susah."

Saya adalah buruh bangunan. Pernah suatu hari, saya melihat bangunan yang tinggi dan bertanya kepada anak saya, "Apakah kamu mau tinggal di rumah tinggi, besar dan indah? Mobil bagus, perlengkapan komplit, semua serba ada? Anak saya menganggukkan kepalanya. Saya berkata lagi, "Oleh karenanya, kamu harus belajar dengan baik dan benar."

Saya memang tidak sekolah, tidak bisa membaca dan menulis, dan saya tak bisa mendidik anak dengan cara yang hebat. Saya hanya membiasakan diri untuk bercakap-cakap dengannya. Saya tidak memberinya uang jajan lebih, dia tidak saya bolehkan bermain internet dulu, bermain game, dan tidak bekanja yang macam-macam. Dia hanya di rumah membantu saya mencuci pakaian.

Setelah ayah Aminuddin berbicara, dia kemudia membungkuk untuk memberikan hormat kepada sang guru. Orang tua murid lainnya pun terpaku dan bergeming, mereka semua telah tersentuh perkataannya. 

Meskipun ayah ini tidak memiliki pengalaman mendidik anak, tidak mempunyai pendidikan tinggi, ekonomi pas-pasan, tetapi dia sangat hormat pada guru. Lihatlah yang dihasilkannya melalui anaknya itu, walaupun dia tak memiliki ilmu banyak, tetapi dia sangat menghormati orang lain.


Sumber: http://www.pintarin.com/